×

Akibat Fenomenal La Nina, Bali Alami Musim Hujan September – Desember

Jumat, 16 September 2016 pukul 08.43 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

Denpasar (Bali Post)

Fenomenal La Nina di Bali yaitu fenomenal yang meningkatkan intensitas curah hujan pada musim kemarau yang terjadi pada bulan Mei hingga Juni lalu, menyebabkan musim kemarau basah. Bahkan, pada bulan Juli hingga Agustus lalu, intensitas curah hujan di Bali mengalami peningkatan secara signifikan. Oleh karenanya, awal musim hujan di Bali diprediksikan pada bulan September ini hingga Desember mendatang.

  “Awal musim penghujan tahun 2016/2017 di Bali, kami prediksi dipengaruhi oleh suatu kondisi La Nina yang dapat menyebabkan meningkatnya curah hujan maka akan timbul persoalan-persoalan , diantaranya bencana alam yang berkaitan dengan hidrologi, seperti banjir dan longsor. Oleh karena itu, kami BMKG selalu mempersiapkan informasi cuaca tersebut kepada masyarakat luas, sehingga makin banyak diketahui oleh masyarakat maka masyarakat akan bisa menentukan atau mengantisipasi kondisi bencana yang terjadi dan dapat meminimalisir akibat dari bencana tersebut. Selain memberikan perkiraan awal musim, kami juga memeberikan peringatan dini terkait meteorologi, iklim dan tsunami kepada masyarakat melalui sosialisasi ini,” ungkap Kepala BMKG Wilayah III Denpasar I Wayan Suardana, Kamis (15/9) kemarin, dalam acara sosialisasi prakiraan musim hujan 2016/2017 di kantor Balai Besar MKG, Tuban.

Kepala Stasiun Klimatologi Negara Nuga Putrantijo menjelaskan, awal musim hujan di Bali mengalami fluktuasi sehingga terjadi pada bulan September hingga Desember 2016. Hal ini disebabkan oleh adanya dampak La Nina yang memengaruhi musim kemarau (kemarau basah). Berdasarkan pantauannya pada musim kemarau lalu, Mei-Juni, bebrapa wilayah di Bali sudah mengalami musim hujan. Bahkan pada bulan Juli-Agustus lalu intensitas curah hujan sudah meningkat secara signifikan.

  Dipaparkannya, prakiraan awal musim hujan 2016/2017 pada 15 Zona Musim (ZOM) di Bali. Diprakirakan secara umum berkisar pada bulan Oktober dan November 2016. Dengan rincian, 2 ZOM (13.3% dari 15 ZOM) pada bulan September meliputi wilayah sebagian Jembrana bagian selatan, Tabanan bagian selatan, Badung bagian utara, dan Tabanan bagian utara. Empat ZOM (26.6% dari 15 ZOM) pada bulan Oktober (Dasaran I-III) meliputi wilayah Buleleng bagian utara, Tabanan bagian tengah, Gianyar bagian tengah, Badung bagian tengah, Bangli bagian tengah, Karangasem bagian tengah, Tabanan bagian utara, 7 ZOM (46.6% dari 15 ZOM) pada bulan November (dasarian I-III) meliputi wilayah Jembrana bagian barat, Tabanan bagian utara, Bangli bagian utara, Buleleng bagian timur, Karangasem bagian utara, timur, dan selatan, Klungkung bagian selatan, Kota Denpasar dan Badung bagian selatan, dan 2 ZOM (13.3% dari 15 ZOM) pada awal Desember meliputi wilayah Jembrana bagian barat, Bulelemg bagian barat dan Nusa Penida.

  Puncak hujan di Bali diperkirakan pada bulan Desember hingga Februari 2017 mendatang dan sifat musim musim hujan di Bali adalah normal yaitu berkisaran 11 ZOM (73.3% dari 15 ZOM). “ Memang di awal-awal ada indeks La Nina yang menyebabkan potensi curah hujan meningkat. Tetapi indeks tersebut menjadi normal mulai bulan Juli lalu. Artinya, kemungkinan besar musim hujan 2016/2017 sifatnya adalah normal dan tidak perlu hal-hal yang  signifikan yang perlu di waspadai. Namun, gelombang tinggi dan angina kencang pada musim hujan harus diwaspadai oleh masyarakat,”tandas Nuga Putrantijo.

  Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bah Dewa Made Indra mengapresiasi langkah BMKG yang melakukan sosialisasi terkait dengan awal musim hujan di Bali. Sebab, dengan sosialisasi ini informasi mengenai cuaca dan iklim dapat diketahui oleh pihak BPBD Bali dan masyarakat luas. Sehingga kesiapsiagaan pihak BPBD Bali dalam menanggulangi bencana yang disebabkan oleh cuaca dan iklim (hidrometeorologi) dapat dipetakan dan diminimalisir sebaik mungkin.

Sumber : Bali Post