×

Ekonomi Positif dan Inflasi Rendah, Daya Beli Justru Turun

Kamis, 7 April 2016 pukul 08.08 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

Denpasar (Bali Post)

  Laporan Keterangan Pertanggung jawaban (LKPJ) Gubernur Bali akhir tahun anggaran 2015 dipertanyakan. Pasalnya, Gubernur menyatakan capaian pertumbuhan ekonomi Bali memperlihatkan kinerja semakin baik. Tumbuh 6,04 persen. Secara garis besar menunjukkan perkembangan yang positif, Begitu juga pergerakan laju inflasi bisa ditekan hingga 2,75 persen, angka terendah dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Capaian ini tidak lepas dari harga-harga barang di Bali yang secara umum relative terjaga. Pertanyaannya, mengapa kondisi ini justru tidak sejalan dengan daya beli masyarakat yang malah menurun?

“Hal itu ditunjukkan dari target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2015 memang tercapai, tetapi tidak memiliki lebih seperti biasanya. Lalu sekarang kita tidak berani menargetkan PAD (2017) lebih dari pada tahun lalu, tetap Rp. 3,35 triliun. Alasannya daya beli turun , “ujar anggota Komisi II DPRD Bali A.A. Ngurah Adhi Ardhana di Denpasar, Rabu (6/4) kemarin.

Adhi menambahkan, penurunan daya beli menjadi tidak masuk akal dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan laju inflasi yang rendah. Apalagi, kunjungan wisatawan sebagai penyokong utama perekonomian Bali juga meningkat. Mestinya, daya beli masyarakat turut meningkat pula sehingga pemerintah bisa menaikkan PAD 2017 minimal 4 persen dari sebelumnya.

“Ini ada suatu yang salah di dalam me-manage daerah ini. Kita lihat perekonomian Bali paling besar dipengaruhi pariwisata. Peningkatan kunjungan ini ternyata tidak menunjukkan hasil yang maksimal karena length stay menurun. Kalau Length stay  tetap seperti dulu, indikator ini pasti jalan dengan daya beli yang jalan,”jelasnya.

  Adhi melanjutkan, Gubernur harus siap menjelaskan ketidak sinkronan ini. Kendati memang ada beberapa kemungkinan, seperti kebijakan yang salah. Ambil contoh pengenaan pajak progresif. Kemudian, kebijakan untuk menandai masyarakat miskin mestinya tidak bersifat charity seperti program bedah rumah.

  “Lebih baik mengarah ke dana regular. Saat ini ada lembaga pengelolaan dan bergulir di BPD, mulai sosialisasikan itu ke masyarakat. Penggunaan dana murah, KUR kita dorong, harapannya mereka punya daya beli yang benar, “tandasnya.

  Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Bali I Nengah Laba mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bali 2015 memang cukup baik di tengah pelambanan ekonomi nasional, Kendati bila dibandingkan tahun sebelumnya tergolong melambat. Hal ini dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang memang menurun.”Belum tentu pertumbuhan bagus, inflasi rendah membuat daya beli meningkat. Walaupun harga barang rendah, tapi kalau tidak mampu bagaimana?” ujarnya.

  Laba menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat daya beli menurun. Seperti, penurunan ekspor karena lesunya permintaan akibat krisis ekonomi global. Beruntung Bali masih mampu bertahan karena merupakan daerah pariwisata, bukan industri. Agar daya beli kembali meningkat, salah satunya melalui peningkatan investasi.

“Realisasi investasi yang terjadi sekarang termasuk proyek-proyek ini kita harus genjot biar meningkat. Harapannya dengan ini lebih bagus, realisasinya meningkat, serapan tenaga kerja lebih banyak, kemampuan daya beli karena upah muncul, daya beli akhirnya meningkat,”tandasnya.

Sumber : Bali Post