×

H-6 JELANG RAMADAN Harga Bahan Pokok Terkendali

Selasa, 16 Juni 2015 pukul 01.14 (9 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

JAKARTA - Kurang dari sepekan sebelum masa puasa, harga sejumlah barang kebutuhan bahan pokok relatif terkendali. Kenaikan harga di pasaran dinilai masih wajar karena berada di bawah batas toleransi perubahan harga yang ditetapkan, yakni 5%.

"Kenaikan harga yang terjadi sekarang ini masih wajar. Toleransi kami 5%, sedangkan rata-rata di pasaran masih di bawah 3%, bahkan ada yang harganya turun," ujar Menteri Perdagangan Rachmat Gobel ketika berkunjung ke Redaksi Bisnis Indonesia, Jumat (6/12).

Rachmat mengakui sejumlah komoditas sempat mengalami kenaikan harga pada pekan lalu, yakni daging ayam ras, cabai merah keriting, bawang merah, telur ayam ras, gula pasir, dan kedelai lokal. Namun, harga mulai berangsur turun.

Dirjen  Perdagangan Dalam Negeri Kementrian Perdagangan Srie Agustina menambahkan seperti tren yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, kenaikan harga mulai terjadi pada H-7.

"Namun, kalau dilihat saat ini, kami agak surprise karena harusnya sudah terjadi kenaikan di atas 5%. Sekarang ini [H-6], harga masih di bawah 5%. Mudah-mudahan sampai hari H [puasa], polanya akan terbentuk seperti ini."

Dia mencontohkan harga daging sapi yang biasanya sudah mulai meningkat sepekan sebelum puasa. Berdasarkan data Kementrian Perdagangan, harga rata-rata daging sapi masih di level Rp103.000.

"Untuk tahun ini, kenaikannya belum sampai 5%. Ini berarti produsen menurunkan harga penjualan sapi hidupnya," ujarnya.

Adapun, untuk harga bawang merah yang sempat melonjak tajam pada dua pekan lalu-yang lebih disebabkan faktor suplai yang tidak sebanding dengan permintaan-harga komoditas ini sudah mulai berbalik arah ke harga normal.

Srie menambahkan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, komoditas yang mengalami kenaikan harga umumnya adalah hortikultura.

Data perkembangan harga rata-rata nasional barang kebutuhan pokok per 10 Juni 2015 dibandingkan dengan 3 Juni yang dirilis Kemendag mengungkapkan mayoritas harga kebutuhan pokok naik di kisaran 0,06%-3,85%.

Kenaikan tertinggi terjadi pada daging ayam ras (3,85%) dan cabai merah keriting (3,01%). Bahkan, sejumlah kebutuhan pokok mencatat penurunan harga, a.l. bawang merah, cabai rawit merah, beras, dan bawang putih.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati menilai kenaikan harga bahan pokok jelang Ramadan tahun ini masih terbilang aman jika ditinjau dari tren yang terjadi hingga H-6 Ramadan.

Akan tetapi, menurutnya, pemerintah harus tetap mengantisipasi potensi kenaikan harga yang diperkirakan masih akan terus melonjak.

"Kalau bisa tidak naik lagi ya saya sepakat, saya katakan aman. Akan tetapi, yang terjadi dari tahun ke tahun harga akan terus naik begitu Ramadan," katanya kepada Bisnis.

Keadaan tersebut, sambungnya, selalu berulang setiap tahunnya karena pemerintah tidak memiliki instrumen stabilisasi harga. Penentuan harga masih di kendalikan oleh penguasa stok barang sehingga potensi terjadinya spekulasi harga terbuka lebar.

Pemerintah, menurutnya, sudah sepatutnya memiliki instrumen dalam bentuk stok pangan prioritas agar mudah melakukan stabilisasi harga jika timbul spekulasi berlebihan.

Sejauh ini, upaya operasi pasar yang dilakukan oleh Bulog dianggap belum maksimal, malah justru dimanfaatkan oleh pedagang besar.

"Persoalan ini bukan masalah stok cukup atau tidak, tetapi siapa yang kuasai stok barang. Pemerintah harus mempunyai stok penyangga agar pihak yang mendominasi pasar tidak mempunyai peluang untuk bermain enentukan harga," tuturnya.

STOK BARANG

Sementara itu, pasokan dan stok sejumlah barang kebutuhan pokok diklaim dalam kondisi aman dan cukup memenuhi kebutuhan masyarakat selama puasa, bahkan hingga Lebaran.

Menteri perdagangan mengaku untuk sejumlah barang kebutuhan pokok, pihaknya selalu aktif memperbarui pasokan dan stok di lapangan, khususnya untuk komoditas hortikuktura.

"Saya selalu berkomunikasi dengan Menteri Pertanian untuk tanya daerah yang mau panen. Selama masih ada suplai ya ngapain impor, lebih baik pakai yang disini [dalam negeri]," tuturnya.

Diluar itu, pemerintah juga gencar melakukan pasar murah dan operasi pasar. Langkah tersebut diharapkan dapat menjaga kestabilan harga barang kebutuhan pokok di pasaran selama masa puasa hingga Lebaran.

Perpres mengenai penetapan dan penyimpanan bahan pokok yang disiapkan pemerintah, menurut Rachmat, juga akan menjadi salah satu instrumen stabilisasi harga yang lebih "bergigi".

"Perpres itu juga mengatur soal kebutuhan pada saat khusus, seperti pada hari raya keagamaan. Kita tunggu saja."

Sumber : Bisnis Indonesia