×

Kegiatan Pasar Murah Sambut Galungan Di Bali

Kamis, 8 September 2016 pukul 07.44 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

Umat Hindu Dharma di Bali mulai bersiap-siap menyongsong Hari Suci Galungan yang bermakna memperingati kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (Keburukan) yang jatuh pada hari Rabu (7/9).

Wanita Bali seminggu menjelang hari suci itu sudah mulai mempersiapkan diri membuat rangkaian janur maupun kue kering untuk kombinasi kelengkapan ritual.

Mereka dalam kehidupan sosial kemasyarakatan mengemban tugas penting untuk menyukseskan berbagai kegiatan ritual dan upacara adat, termasuk Galungan.

Berbagai kebutuhan pokok dan keperluan ritual menjelang hari suci seperti hari raya sebelumnya mengalami peningkatan harga yang melonjak. Namun, kali ini pemerintah provinsi dan kabupaten di Bali secara terkoordinasi menggelar kegiatan pasar murah sebagai upaya menekan lonjokan harga.

Lewat pasar murah yang digelar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali diharapkan mampu menstabilkan harga kebutuhan bahan pokok sekaligus mengendalikan inflasi, tutur Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang juga Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali.

TPID Bali bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta instansi terkait lainnya menggelar pasar murah secara berkelanjutan menghadapi Hari Raya Galungan.

Wakil Ketua TPID Bali Causa Iman Karana mengatakan bahwa 2 minggu sebelum Galungan gebyar pasar murah sudah dilaksanakan, antara lain, pasar tani di Desa Subamia, Kabupaten Tabanan, Kamis (25/8).

Pasar murah yang digelar bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali dan distributor sembako juga dilanjutkan pada hari Senin (29/8) di halaman Kantor Lurah Lelateng, Negara, Kabupaten Jembrana. Berikutnya, pada hari Rabu (31/8) di halaman Kantor Perbekel Desa Muncan, Kabupaten Karangasem.

Beberapa komoditas yang diperlukan masyarakat pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, seperti daging dan bumbu, relatif aman.

Operasi pasar dan pasar murah dapat menjaga inflasi yang pada akhirnya menjaga kestabilan harga di pasaran, kata Causa Iman Karana yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.

Aman dan Stabil

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gianyar I Wayan Suamba didampingi Kepala Pasar Umum Gianyar Nengah Nama Artawa menjelaskan bahwa ketersediaan kebutuhan bahan pokok (sembako) dan aneka jenis keperluan lainnya di Pasar Umum Gianyar menjelang Hari Raya Galungan (7/9) dan Kuningan (17/9) cukup aman dengan harga yang stabil.

Hal itu merupakan hasil pemantauan lapangan yang dilakukan oleh tim untuk memastikan ketersediaan bahan pangan dan keperluan masyarakat lainnya menjelang hari raya besar umat Hindu itu.

Tim melakukan kunjungan mendadak (razia) ke pasar tersebut untuk memastikan ketersediaan sembako dan keperluan masyarakat lainnya selama ini selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pasar. Untuk harga beberapa item barang, cenderung mengalami penaikan.

Persediaan sembako, seperti beras, sayur-mayur, daging, bumbu, dan kebutuhan sehari-hari lainnya cukup aman. Secara umum stok dan harga sembako masih stabil, hanya perlu diantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan sembako dan harga yang terlalu mahal.

Dari rentan waktu 22 Agustus hingga 4 September 2016, harga daging babi tidak mengalami peningkatan, kisaran Rp 55 ribu per kilogram. Kenaikan harga juga tidak terjadi pada telur ayam, kisaran Rp1.200,00 per butir.

Untuk sayur-mayur, kata dia, juga tidak mengalami penaikan harga yang cukup siginifikan, berkisar Rp2.000,00/kg.

Untuk bahan upacara, seperti janur, bunga, dan buah, mengalami penaikan hingga 40 persen. Penurunan harga terjadi justru pada bawang merah dari kisaran Rp40 ribu/kg menjadi Rp38 ribu/kg.

Cabai merah besar dari harga Rp24 ribu/kg menjadi Rp22 ribu/kg, bawang merah ukuran sedang dari harga Rp40 ribu/kg menjadi Rp38 ribu/kg, dan bawang putih ukuran sedang dari Rp30 ribu/kg menjadi Rp28 ribu/kg.

Dengan demikian, kenaikan harga beberapa jenis bahan kebutuhan pokok menjelang Galungan masih berada dalam batas kewajaran karena sembako yang menjadi barometer harga dan menghidupi hajat hidup orang banyak hingga kini masih stabil.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh pedagang kebutuhan pokok di Pasar Umum Gianyar Luh Sri Adnyani. Pedagang bumbu asal Tegal Tugu, Gianyar, itu menyebutkan beberapa bahan bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai merah besar selama beberapa hari ini justru megalami penurunan harga, kisaran Rp2.000,00/kg.

Nyoman Bunter, pedagang daging babi, mengatakan bahwa harga daging babi saat ini masih stabil, belum ada indikasi kenaikan harga dari kisaran Rp55 ribu/kg.

Semua Sibuk

Masyarakat Bali yang bermukim di kota maupun perdesaan mulai sibuk melakukan persiapan yang sama menyambut Hari Raya Galungan. Pria dalam satu keluarga sudah memotong bambu dan bagi masyarakat kota membeli bambu dan ambu (enau) untuk hiasan penjor yang nantinya dipajang di depan pintu masuk keluarga masing-masing.

Namun, berbagai jenis peralatan penjor (bambu yang dihias) itu sudah ada yang menjualnya secara lengkap di pasar sehingga kebanyakan warga membeli modifikasi peralatan penjor yang terbuat dari lontar.

Kelengkapan satu set penjor berkisar Rp95 ribu s.d. Rp1 juta tergantung pada ukuran dan aneka jenis hiasan. Dengan kelengkapan modifikasi itu lebih praktis karena hanya tinggal mengikat pada bambu sudah rampung. Berbeda halnya dengan menggunakan enau atau janur yang memerlukan waktu lebih lama untuk menghias bambu menjadi penjor.

Sementara itu, kaum hawa, baik remaja putri maupun ibu rumah tangga, sejak awal pekan ini telah memanfaatkan waktu luangnya untuk merangkai janur (mejejahitan) guna dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sanghyang Widhi Wasa, saat Hari Raya Galungan maupun Kuningan.

Tidak ketinggalan pula ibu rumah tangga yang bekerja di perkontaran pemerintah dan swasta memanfaatkan waktu senggang pada malam hari membuat bebantenan dan perlengkapan upacara keagamaan lainnya.

Direktur Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr. Ketut Sumadi mengatakan bahwa pengeluaran biaya ritual terkait dengan Hari Raya Galungan, khususnya membeli kelengkapan ritual cenderung makin mahal, semuanya atas dasar ketulusan dan keikhlasan untuk bernyadnya (korban suci).

Umat dalam melaksanakan korban suci itu tentu atas dasar kemampuan ekonomi. Mereka harus memperhatikan kebutuhan pokok, kelangsungan pendidikan bagi putra-putrinya, dan melanjutkan aspek kehidupan lainnya.

Menurut dia, perlu menyiasati kenaikan harga-harga kebutuhan keperluan ritual lainnya yang hampir rutin terjadi menjelang Hari Suci Galungan dan Kuningan.

Untuk itu, umat Hindu dalam melakukan persembahan pada Hari Raya Galungan tidak ada kewajiban untuk menyuguhkan buah impor atau kue yang berstandar. Namun, semua persembahan itu didasarkan atas keikhlasan sesuai dengan kondisi ekonomi masing-masing.

Oleh sebab itu, umat agar menyadari meskipun harga-harga merangkak naik, masyarakat tidak harus berutang. "Yang penting keikhlasan untuk menyuguhkan yang terbaik," kata Ketut Sumadi.

Sumber : Antara Bali