Harga minyak dunia didorong lebih tinggi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), terangkat oleh dolar AS yang lebih lemah.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas
Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik menjadi 102,59 dolar AS
per barel, sedikit meningkat 19 sen dari penutupan Kamis.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk
penyerahan April, naik 11 sen menjadi menetap di 109,07 dolar AS per
barel.
Pada hari terakhir perdagangan Februari, WTI naik 5,2 persen selama sebulan dan Brent naik 2,3 persen.
Setelah dibuka di wilayah negatif, harga minyak didorong ke wilayah
positif karena dolar melemah terhadap mata uang utama lainnya.
"Pelemahan itu (dolar) sedikit mengangkat komoditas," kata Carl
Larry dari Oil Outlooks and Opinion. Sebuah greenback yang lemah
cenderung mengangkat permintaan minyak mentah yang dihargakan dalam
dolar, karena membuat minyak mentah relatif lebih murah.
Departemen Perdagangan AS memangkas estimasi pertumbuhan kuartal
keempat negara konsumen minyak mentah terbesar dunia itu menjadi 2,4
persen, dari pembacaan awal 3,2 persen.
Meskipun penurunan itu sedikit lebih curam dari yang diperkirakan,
para analis mengatakan angka pertumbuhan moderat hanya sedikit berubah.
Pasar juga terus mengawasi yuan China, yang jatuh ke terendah
delapan bulan terhadap dolar AS, memicu kekhawatiran tentang daya beli
lemah China, konsumen energi terbesar dunia.
Meskipun Brent sedikit naik pada Jumat, analis Commerzbank
memperkirakan untuk penurunan karena pasokan berlimpah menyusul akhir
musim dingin yang sudah dekat di belahan bumi utara dan berkurangnya
pengolahan minyak mentah oleh kilang-kilang sehubungan pekerjaan
pemeliharaan yang dilakukan.
"Kami percaya bahwa Brent akan terus jatuh lebih jauh menuju tengah
koridor perdagangan 100-110 dolar AS per barel selama beberapa minggu
ke depan," kata mereka dalam sebuah catatan penelitian yang dilansir
AFP.
Investor juga mengamati peristiwa penuh gejolak di Ukraina, di mana
presiden pro-Moskow yang digulingkan, Viktor Yanukovych, pada Jumat
bersikeras ia tidak digulingkan. Pihak pemerintah pro-Eropa yang baru,
sementara itu, mengatakan ada "invasi bersenjata" di semenanjung Krimea
Ukraina yang bergejok oleh tentara Rusia.
Analis JPMorgan Commodities Research mencatat bahwa Ukraina bukanlah produsen minyak utama maupun konsumen minyak.
"Tetapi Ukraina adalah negara transit sangat penting untuk ekspor
energi Rusia: lebih dari 70 persen dari aliran gas dan minyak Rusia ke
Eropa melalui wilayahnya. Sebaliknya, Eropa merupakan pembeli untuk
hampir 90 persen dari ekspor minyak Rusia."
Sumber : Antara News