×

Perdagangan Emas-Minyak di Bursa paling Diminati

Rabu, 20 April 2016 pukul 08.29 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

 Denpasar(Bisnis Bali)

  Kebijakan Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) dengan terus menekan tingkat suku bunga perbankkan, diyakini BranchManager PT Monex Investindo Futures Bali Hengky Suryawan akan berdampak positif bagi pertumbuhan investasi di luar sektor perbankkan. Salah satunya keinvestasi perdagangan komoditi berjangka, semisal ke perdagangan emas dan minyak yang selalu favorit selama ini. “Para Pemilik modal atau investor pastilah akan makin mencari alternative investasi di tengah turunnya suku bunga bank, baik itu property, saham hingga pada perdagangan berjangka.

  Saat ini, untuk bursa perdagangan berjangka, pilihannya yang paling diminati adalah komoditas logam mulia (emas) dan minyak mentah seiring dengan yang bergerak sangat fluktuatif belakangan ini,”tutur hengky, Selasa (19/4) kemarin. Ia menerangkan, secara umum pada perdagangan komoditi  berjangka ada banyak produk yang sebenarnya bisa dipilih investor. Namun, paling banyak dipilih investor adalah pada jenis transaksi harga emas terhadap dolar. Selain itu, pilihan lainnya investor ada juga yang berminat pada perdagangan komoditi minyak mentah, seiring dengan harga jualnya yang masih murah sekarang ini. Jelas Hengky, harga minyak mentah dunia yang berfluktuatif ini menarik perhatian sejumlah investor di dalam negeri untuk memanfaatkan peluang tersebut. Pertimbangannya, turunnya harga minyak mentah dunia ini diyakini akan kembali mengalami lonjakan pada beberapa waktu mendatang. Katanya, hal sama juga berlaku pada perdagangan berjangka untuk emas yang diyakini harga cendrumh mengalami lonjakan, sehingga itu akan menjanjikan keuntungan bagi investor ketika mentransaksikan komoditi tersebut saat ini.

  “Sekarang harga emas dunia sudah naik cukup tinggi atau bisa dibilang harga terendah sudah cukup jauh,”ujarnya. Sementara itu, terkait kebijakan terbaru dari BI ini memang  cukup baik untuk menggerakkan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hal sama bahkan sudah banyak diterapkan di sejumlah Negara lainnya. Menurutnya, jika pemerintahan tetap bermain dengan mengkondisikan suku bunga di level tinggi, dampaknya sektor usaha di dalam negeri tidak akan bergerak maju, dan malah akan menciptakan inflasi yang cukup tinggi nantinya.

Sumber : Bisnis Bali