×

Serap Beras Petani, Bulog Terkendala Harga

Kamis, 28 Juli 2016 pukul 09.11 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

Denpasar (Bisnis Bali)

  Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah kenaikan komoditas. Melalui Bulog, pemerintah diharapkan mampu menstabilkan dan meminimalisasi lonjakan harga kebutuhan pangan yang khususnya beras. Salah satu upaya yang dilakukan Bulog sebagai pengendalian stok pangan yakni membeli gabah produksi para petani lokal guna meningkatkan kesejahteraannya.

  Sebelumnya, Perum Bulog Perum menargetkan menyerap beras hingga 4 juta ton untuk tahun ini, Untuk mencapai target tersebut, Bulog akan memperbanyak penyerapan gabah yang mencapai 1,25 juta ton. Dari anggaran senilai Rp 20 triliun yang digelontorkan untuk menyerap beras dan gabah, Rp5-6 triliunnya digunakan untuk pembelian gabah.

  Kepala Perum Bulog Bali Eko Kuncahyo mengatakan, Bulog selalu siap kapan saja untuk membeli gabah/beras produksi lokal selama sesuai dengan ketentuan yang ada , yakni mengacu pada ketentuan Inpres Perberasan No.5 Tahun 2015. “Sampai saat ini, Bulog tetap semangat membeli gabah dan beras dalam negeri. Khusus untuk Bulog Divre Bali sudah menyerap 2450 ton serta gabah kering panen (GKP) atau jika disetarakan dengan beras 1.225 ton,” ungkapnya saat ditemui Selasa (26/7) kemarin.

  Eko mengatakan, stok beras Bulog untuk 6 bulan kedepan masaih aman. Pihaknya juga akan makin gencar melakukan operasi pasar. Di sisi lain, mengenai penyerapan gabah, diakuinya, masih menghadapi kendala pada harga. Eko mengungkapkan, saat ini harga gabah di petani maupun penggilingan masih relative tinggi disbanding dengan harga yang sesuai dengan ketentuan sesuai Inpres Perbesaran saat ini. Dalam Inpres Perberasan No. 5 tahun 2015 tersebut, dikatakan harga pembelian gabah kering panen dalam negeri adalah Rp3.700 per kilogram di petani dan Rp3.750 per kilogram di penggilingan.

  Harga gabah/GKP di tingkat petani masih berkisar Rp4.600 – Rp4.700 per kg. Sedangkan untuk harga beras medium di tingkat penggilingan masih berkisar Rp8.700-8.800 per kg. Harga ini pun masih diatas ketentuan inpres, yakni hanya mematok harga di kisaran Rp7.300 per kg. “Memang penyerapan gabah diakui masih belum optimal karena terkendala pada harga yang masih tinggi. Ada gabah yang harganya Cuma Rp4000 per kg dan kami coba beli dan nantinya dijual di pasaran umum. Akhirnya, itu pun harganya tidak nutup. Bukannya ke Rp7.000-Rp7.500, tetapi melonjak hingga Rp9.500-10.000. Ya bagaimana kami bisa menjualnya,” ujarnya.

Sumber : Bisnis Bali