×

Hari Raya Saraswati, Pedagang Daging Keren Kebanjiran Order

Jumat, 24 Juni 2016 pukul 08.27 (8 tahun yang lalu) | Oleh Sigapura

Bangli, Bali tribune

  Hari Raya Saraswati yang dimaknai oleh umat Hindu sebagai hari turunnya  ilmu pengetahuan jatuh pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung, Sabtu (25/6) rupanya berimbas pada omset yang diraih oleh para pedagang daging keren. Beberapa pedagang mengaku kebanjiran order bersamaan dengan hari raya Saraswati. Ditengah membludaknya order justru pedagang mengeluh sulitnya mendapatkan upih (pelapah daun pinang) yang fungsinya untuk membungkus daging.

  Menurut AA Putra salah seorang pedagang daging keren, Kamis (23/6), mengaku bisnisnya yang digelutinya ini adalah bisnis turun temurun artinya pekerjaan yang digeluti sebelumnya almarhum orangtuanya.”ini termasuk usaha keluarga,”ujarnya.

  Dia mengaku bertepatan hari raya besar agama Hindu, permintaan daging keren cukup tinggi. Dia mencontohkan di hari raya saraswati, dimana pesanan yang telah masuk sudah mencapai 250 pesanan dan kemungknan besar jumlah pesanan akan terus bertambah. “Untuk daging yang kita gunakan adalah daging ayam atau juga daging bebek,”ujar pedagang asal Puri Kanginan Bangli ini.

  Dia mengaku, pesanan bukan saja dating dari seputaran Bangli namun tidak sedikit dating dari luar daerah seperti Gianyar dan Denpasar. Pria yang membuka usaha di jalan Majapahit di sebelah timur Bank BPD Bangli ini mengaku untuk harga keren daging ayam Rp 90.000/biji, sementara untuk keren berbahan daging bebek sebesar Rp 115.000/biji. “Untuk harga tergantung harga ayam atau bebek, jika harga naik otomatis harga daging keren juga ikut naik,”kata Agung Putra.

  Sementara untuk proses pembuatan tergolong cukup rumit. Pertama, ayam atau bebek satu ekor utih dibersihkan, lalu diberi bumbu Basa Gede yang berbahan bawang merah, bawang putih, cabe, garam, lengkuas, kunyit, jahe, kencur, ketumbar, merica, daun salam yang telah diulek halus.

  Selanjutnya ayam yang telah dibumbui ini dibungkus dengan rapi dengan menggunakan Upih (pelepah daun pinang). Dipilihnya upih karena upih tahan api dan teksturnya sangat lentur sehingga tidak mudah sobek.

  Setelah dibumbui dan dibungkus dengan upih, ayam dimasak dengan cara membakarnya di atas tungku sekam, lalu dieram di dalam paso tanah liat lalu dikubur lagi dnegan sekam dan dibakar dengan menggunakan sabut kelapa. “Untuk proses pembakaran memakan waktu sampai tujuh jam lebih,”jelasnya.

Sumber : Bali Tribun