×

TRADISI NGEREBEG/MEKOTEK DESA ADAT MUNGGU, KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

Selasa, 19 Maret 2024 pukul 10.37 (6 bulan yang lalu) | Oleh Bali Digifest

Ribuan warga tumpah ruah memadati jalanan Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, tepat pada Hari Raya Kuningan, Sabtu (14/1/2023). Masyarakat Adat Munggu bersiap mengikuti kirab untuk melaksanakan Mekotek atau tradisi ngerebeg mekotek.
Bendesa Adat Munggu I Made Rai Sujana menjelaskan upacara Mekotek digelar setiap enam bulan sekali. Tepatnya 210 hari atau tepat pada Sabtu Kliwon Kuningan atau Hari Raya Kuningan. "Sampai saat ini kami tidak berani meniadakan ritual ini. Selain sebagai penghormatan bagi jasa leluhur kami, ritual mekotek sebagai penolak bala. Apalagi tradisi Ngerebeg Mekotek sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2016 dan ini sebagai ikon desa wisata Munggu," jelas Sujana
 

Mekotek atau dikenal juga dengan Gerebeg merupakan sebuah tradisi yang digelar di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Mekotek adalah tradisi yang menggunakan tongkat panjang dengan berjumlah puluhan hingga ratusan membentuk formasi layaknyanya piramid yang menjulang tinggi.

Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan. Upacara Mekotek juga dikenal dengan istilah ngerebek. Mekotek merupakan warisan leluhur yang dilaksanakan turun temurun hingga saat ini oleh umat Hindudi Bali.

Sejarah

Pada awalnya Mekotek dilakukan untuk menyambut prajurit Kerajaan Mengwi yang datang dengan membawa kemenangan atas Kerajaan Blambangan di Jawa dan kemudian menjadi tradisi hingga sekarang. Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1915, Mekotek pernah dihentikan, karena Belanda khawatir akan ada pemberontakan. Namun, terjadi wabah penyakit sehingga Mekotek dilaksanakan lagi untuk tolak bala.

Pelaksanaan

Upacara Mekotek digelar setiap 6 bulan sekali, 210 hari (berdasarkan kalender Hindu) pada hari Sabtu Kliwon Kuningan tepat di hari raya Kuningan atau selesai hari raya Galungan. Dahulu, perayaan Mekotek menggunakan besi, yang memberikan semangat juang untuk ke medan perang atau dari medan perang. Namun, karena banyak peserta yang terluka, maka tombak dari besi tersebut diganti dengan tongkat dari kayu pulet yang sudah dikupas kulitnya dan diukur panjangnya sekitar 2-3,5 meter. Para peserta diwajibkan mengenakan pakaian adat madya yaitu kancut dan udeng batik dan berkumpul di pura dalem Munggu. Setelah berkumpul, mereka melakukan persembahyangan dan ucapan terima kasih atas hasil perkebunan. Setelah itu, seluruh peserta melakukan pawai menuju sumber air di kampung Munggu. Upacara ini diikuti oleh 2000 peserta, yakni penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari usia 12 hingga 60 tahun. Para peserta dibagi dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 50 orang. Tongkat kayu yang dibawa, diadu di atas udara membentuk piramida atau kerucut. Bagi peserta yang punya nyali, naik ke puncak kumpulan tongkat kayu tersebut dan berdiri diatasnya dan memberikan komando semangat bagi kelompoknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok lain. Komando yang diberikan oleh orang yang berada di puncak tongkat adalah menabrak kumpulan tongkat lawan atau kelompok lain. Tradisi Mekotek ini diiringi dengan gamelan untuk menyemangati para peserta.